• Bambootronic siap kalahkan produk China

    Bogor (ANTARA News) - Membanjirnya produk elektronik impor asal China membuat mimpi sebagian orang sirna, seperti yang dialami Zainullah pria kelahiran Sumenep 44 tahun silam, selengkapnya ...

  • Contact Person Babootronic

    Bagi anda yang berminat, silahkan hubungi kami : Bambootonic Bogor Blog : http://bambootronic.blogspot.com, Selengkapnya...

  • Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and find this content. Replace it your own description.

  • Slide 4 Title

    This is slide 4 description. Go to Edit HTML and find this content. Replace it your own description.

  • Slide 5 Title

    This is slide 5 description. Go to Edit HTML and find this content. Replace it your own description.

  • Slide 6 Title

    This is slide 6 description. Go to Edit HTML and find this content. Replace it your own description.

Kamis, 24 Juli 2014

Sample Produk Bamdootronic

Posted by Unknown On 10.03 | No comments


Bogor (ANTARA News) - Membanjirnya produk elektronik impor asal China membuat mimpi sebagian orang sirna, seperti yang dialami Zainullah pria kelahiran Sumenep 44 tahun silam.

Bisnis reparasi elektronik miliknya terpaksa gulung tikar, seiring menurunnya minat masyarakat untuk memperbaiki peralatan elektroniknya karena murahnya produk impor asal negeri Tirai Bambu.

"Sejak impor produk elektronik China membanjir, mana ada lagi masyarakat yang mau jasa servis. Karena biaya jasa memperbaiki servis  sama dengan membeli barang baru, jadi kebanyakan kalau ada televisinya rusak mereka tinggal ganti, wong Rp500.000 sudah dapat satu tivi baru," kata pria berperawakan kurus ini saat ditemui ANTARA Minggu (14/10) kemarin saat memberikan diklat bambu elektronik Pondok Pesantren Al Um dan Miftahul Ulum, Keluran Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.


Sebelum masuknya barang elektronik impor Cina ke Indonesia merupakan masa keemasan bagi bapak empat orang putra ini. Bisnis reparasi elektronik miliknya yang ia bangun dari nol sukses hingga wilayah Jabodetabek.

Pria yang akrab di sapa Cak Nul ini, dikenal di kalangan masyarakat kelas atas, menengah hingga bawah. Iapun sukses mendirikan usaha kecil menengah Mitra Jasa Technical (MJT) dan menjadir direktur yang mempekerjakan banyak orang sebagai tenaga teknisi.

Berbagai alat elektronik ia perbaiki, televisi, radio, kulkas, air conditioner (AC), laptop, komputer, dan apapun yang berbau elektro menjadi santapannya.

"Saya ini cukup dikenal pejabat. Beberapa menteri menggunakan jasa saya untuk memperbaiki AC di rumahnya. Ibaratnya kasur di rumah menteri itu sudah saya injak-injak saat memperbaiki AC-nya," katanya berseloroh.

Baginya mengumpulkan uang Rp2 juta dalam sehari adalah perkara mudah. Pada tahun 1998 untuk service satu televisi yang dulu harga per unit Rp2 juta ia dibayar Rp500.000 per unit.

Zaman keemasan Cak Nul berlalu, seiring serbuan produk China di pasaran Indonesia. Harga televisi dulunya jutaan kini hanya dengan Rp500.000 masyarakat dapat membeli tivi baru.




Lulus Pondok Pesantren Salafiah Situbondo ini yang akhirnya banting stir menjadi instruktur keterampilan elektronik di Ponpes Al Um dan Miftahul Ulum. Dengan menyimpan "dendam" karena usahanya mundur tergerus produk China, Cak Nul mentranformasi energi negatif tersebut menjadi energi positif.

Energi negatif karena serbuan produk China yang dirasakan Cak Nul tidak menenggelamkannya, justru ia giat berpikir dan berkarya agar kewajibannya sebagai kepala keluarga tetap berjalan dan dapur rumahnya tetap ngebul.

Berbekal lewat kenalan dan kemampuannya di bidang elektro, Cak Nul mendapatkan kesempatan mengikuti diklat keterampilan bambu yang diadakan Pusat pendidikan dan latihan Kehutanan (Pusdiklat) di Kota Bogor.

"Di sana saya mendapat diklat khusus bambu,  bambu-bambu diolah menjadi kusen, balok dan kerajinan lainnya," katanya.

Berawal dari Bambu
Berawal dari bambu, perkenalannya dengan bambu dalam latihan di Pusdiklat Kehutanan Bogor telah menggugah alam bawah sadar Cak Nul untuk menciptakan sebuah karya yang dapat membangkitkan lagi semangatnya bekerja.

Ia melihat bambu-bambu yang diolah dalam Pusdiklat baru berupa kerajinan seperti membuat asbak rokok, kusen, balok, dan yang memiliki nilai artistik cukup menjual.

"Saya ini bidangnya elektro, sementara diklat bambu yang diajarkan hanya beruba kerajinan tangan yang banyak dibuat di sejumlah daerah di Indonesia. Tentu ini pesaingnya cukup banyak dan bukan hal baru lagi," caritanya.

Suami dari Hairyah yang berprofesi sebagai guru SD di Ciherang, Dramaga, Bogor ini pun mulai memutar otaknya. Dengan bantuan internet ia menemukan sejumlah produk bambu yang beda dari yang ada di Indonesia.

Lagi-lagi, Cak Nul harus mengakui kehebatan Cina, bambu elektronik ia adaptasi dari Cina yang telah lebih dulu memasarkannya.

Meski harus mengakui kehebatan rivalnya, Cak Nul melihat peluang besar dibalik bambu elektronik. Pertama ia melihat bambu elektronik Cina tidak mampu masuk ke Indonesia karena harga jual bambu yang mahal.

"Ini peluang saya, kenapa tidak bambu elektronik ini saya kembangkan dan menciptakan pasar sendiri di negeri sendiri," ucapnya penuh keyakinan.

Cak Nul memulai pengalaman pertamanya dengan membuat speaker aktif bambu yang bisa digunakan untuk komputer, laptop, handphone dan MP3 player.

Cukup sederhana, ia merangkai elektroda-elektroda membuat sebuah speaker yang lalu dikemas ke dalam tabung bambu. Sederhana memang, biasanya ia membuat speaker aktif dengan bahan rangka terbuat dari plastik. Tapi, kali ini ia mencoba mengganti bungkus speakernya dengan bambu.

Dengan penuh percaya diri, uji coba pertamanya ia ikut sertakan dalam pameran yang diadakan Lembaga inkubator bisnis UKM (Ikubis) Institut Pertanian Bogor.

Beruntung memang, speaker aktif milik Cak Nul menarik perhatian pembina Ikubis IPB. Yang menariknya adalah, tabung bambu yang dirakit menjadi speaker aktif tersebut ia ukir dengan simbol IPB. Dimana keahlian elektronik berpadu dengan kerajinan bambu dan sablon.

"Sejak itu saya sempat ditawari untuk menerima bantuan bergulir untuk mengembangkan usaha kerajinan bambu elektronik ini dari Kementerian UKM. Tapi saya menolaknya," ujarnya.

Membangkitkan Ekonomi Ponpes
Bukan karena sombong, ia menolak tawaran bantuan dana untuk pengembangan bisnis kerajinan bambu elektronik. Tapi karena ketidakpercayaan dirinya ia menolak peluang besar tersebut.

Alasan pria yang kini mendedikasikan dirinya menjadi instruktur keterampilan di Pondok pesantren Al Um dan Miftahur Ulum ini karena tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup.

Baginya membenahi dapur terlebih dahulu baru ia siap menerima bantuan usaha yang dijanjikan pemerintah.

"Gimana saya mau menerima kalau SDM saya tidak ada, saya tidak ingin direpotkan dengan aturan dan syarat peminjaman apalagi ini dana bergulir, konsetrasi saya terpecah tidak fokus untuk mengembangkan bambu elektronik nantinya," katanya.

Melihat peluang yang ada, Cak Nul mulai menyusun kekuatannya, setelah mencoba menciptakan sejumlah kerajinan bambu elektronik ia mulai menjaring dan mencari prajurit-prajurit yang akan memperjuangkan bambutronik sebutan untuk bambu elektronik.

Rencana membuat pasuka bambutronik ia mulai di Pondok Pesantren Al Um dan Miftahul Ulum. Sebagai alumni pondok pesantren Salafiah di Situbondo, jiwanya terpanggil untuk memberdayakan para santri.

Bak gayung bersambut, ide-ide Cak Nul diterima baik oleh Pimpinan Ponpes Al Um dan Miftahul ulum. Iapun diberikan ruang tersendiri untuk dijadikan bengkel usaha.

Dengan ditemani sekitar lima orang santri dan mantan karyawannyanya di MJT ia mengambil semua peralatan elektroniknya yang ada di rumah, lalu dibawa ke bengkel di Ponpes.

Sedikit demi sedikit, Cak Nul mengumpulkan uang untuk memodali usaha barunya. Ia memberi alat potong bambu, pengampelas, perkakas audio, dan terbaru alat melubangkan bambu.

Ia berkeyakinan, usaha kerjinan bambu elektronik akan menjadi pendorong kebangkitan ekonomi pondok pesantren. Oleh karena itu, ia mulai menjaring santri-santri di sejumlah Ponpes yang ada di Kota Bogor untuk belajar membuat bambu elektronik.

Dalam rencananya, ia ingin mensinergikan antara pesantren-pesantren yang ada untuk bersama-sama memproduksi bambu elektronik yang disesuaikan dengan keahlian masing-masing.

"Karena di Kota Bogor ini pesantren-pesantrennya tergolong kecil. Maka sistem kerjanya kita akan kumpulkan semua pesantren nanti kita bagi tugas mana yang ahli di elektronik ditugaskan membuat audio, mana yang bisa sablon, ukiran, design grafis, rakitan, finnising dan pemasaran, dari situ akan menjadi satu kesatuan produk yang dibuat santri dan akan dipasarkan di koperasi," katanya.

Terkendala Alat Laminasi
Hingga akhir 2012 ini, usaha bambu elektronik gagasan Cak Nul terus menancapkan cakarnya ke sejumlah kawasan. Sejumlah pameran nasional pun dijajalnya.

Berbekal bantuan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Bogor, bambu elektronik Cak Nul mulai dikenal di kalangan Pemerintah Kota Bogor.

Bambu elektronikpun dibawa ikut pameran baik di Jakarta, dan saat ini tengah singgah di Batam.

"Rencana kita mau pameran di Malaysia, saat ini sedang dipersiapkan," kataya.

Cak Nul percaya, bambu elektronik mampu berkembang besar bila dikelola secara profesional dan penuh keyakinan. Keyakinannya mucul, saat ia memodifikasi mesin laminasi bambu yang harganya miliaran rupiah.

Kemampuannya yang terbatas membuatnya tidak mampu memiliki mesin laminasi bambu seperti yang ada di Pusdiklat Kehutanan Bogor. Ia tahun harga satu mesin laminasi ukuarn 224 cm x 122 cm itu Rp1 miliar.

Meski miskin harta, Cak Nul kaya ide, anugerah keahlian otak yang berlebih dari Allah ia mamfaatkan untuk menciptakan sendiri mesin laminasi bambu sederhana ukuran 50 cm x 50 cm dengan modal Rp1 juta.

"Meski sederhana, bambu elektronik yang saya hasilkan terbuat dari mesin laminasi tiruan ini," katanya.

Cak Nul berharap ada mitra yang berminat bekerja sama untuk mengembangkan kerajinan bambu elektronik tersebut.

Karena bambu elektronik memiliki pasar yang menjanjikan dengan nilai jual tinggi dan sumber daya yang tersedia cukup banyak.

Kerajinan bambu elektronik juga mampu menumbuhkan pemberdayaan masyarakat lewat budi daya bambu. Karena bambu merupakan tanaman terbarukan yang dapat dipanen dalam waktu singkat, tapi tidak merusak lingkungan.

"Bambu ini jumlahnya cukup banyak di Bogor. Kita membuat kerajinan dari bambu juga gampang tidak seperti kayu selain sulit bahan bakunya juga dicurigai asalnya," katanya berseloroh.

Selain itu, harga jual bambu juga sangat menggiurkan, dari termurah untuk jenis speaker aktif Rp150.000 hingga amplifer, home teater dan audio yang digunakan di sekolah Rp5 juta per unitnya.

Ketua Pembina IKUBIS IPB, H Hermawan mengatakan, kerajinan bambu elektronik atau Bambutronik menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Mengingat, sumber daya bambu yang tersedia cukup melimpah.

Ia mengatakan, selama ini produk audio terbuat dari bahan plastik berjenis PE dan lain sebagainya. Dimana produksi bahan plastik memakai bahan bakar minyak bumi yang juga digunakan sebagai bahan bakar penggerak di seluruh dunia.

Meningkatnya jumlah pengguna minyak bumi, dikhawatirkan ketersediaan bahan bakar tersebut mulai menipis, mengingat sumber energi tersebut tergolong sumberdaya alam terbatas.

"Coba dibayangkan, kalau semua produk dihasilkan dari minyak bumi. Jika nanti minyak bumi habis, kita bisa apa," katanya.

Dengan situasi saat ini, lanjut Hermawan, selayaknya setiap manusia berpikir untuk mencari sumber energi alternatif. Agar keberlangsungan hidup manusia terus terjaga.

Bambu, banyak terdapat di Indonesia. Tanaman bambu di Indonesia terbanyak setelah China. China telah mampu mengelola sumber daya alamnya menjadi industri yang menjamin hidup masyarakatnya.

"Kenapa tidak kita mengembangkan bambu yang ada di negeri kita. Kita juga tahu penggunaan kayu saat ini juga terbatas, selain jumlahnya berkurang juga dicurigai. Bambu ini salah satu sumber daya yang berpotensi untuk kita kembangkan," ujarnya.

Seiring dengan keyakinan, usaha dan doa, Cak Nul optimis kerajinan bambu elektroniknya mampu bersaing dengan kerajinan lainnya.

Iapun memiliki harapan untuk memberdayakan ekonomi pondok pesantren dan menjadikan Bogor sebagai sentral bambu elektronik.

"Insya Allah saya yakin, bila ini dikelola dan dikembangkan dengan serius, serta didukung semua pihak. Bogor akan menjadi sentral bambu elektronik," katanya mantap.

Cak Nul berkeyakinan, bahwa apa yang ia kembangkan demi kemaslahatan masyarakat. Memberdayakan ekonomi pondok pesantren sehingga menjamin keberlangsungan hidup para santri.

Dengan penuh percaya diri, Cak Nul menyatakan "dendamnya" kepada China terbalaskan. dan Ia yakin dan siap untuk menjadi pesaing lokal bambu China.

"Cita-cita terbesar saya adalah bambu elektronik masuk pasar luar negeri. Saya siap menjadi pesaing lokal produk China," katanya penuh keyakinan.


Info : http://www.antaranews.com/berita/339068/bambu-elektronik-bogor-siap-kalahkan-china

Apakah Lorem Ipsum itu ?

Posted by Unknown On 04.39 | No comments

Lorem Ipsum adalah contoh teks atau dummy dalam industri percetakan dan penataan huruf atau typesetting. Lorem Ipsum telah menjadi standar contoh teks sejak tahun 1500an, saat seorang tukang cetak yang tidak dikenal mengambil sebuah kumpulan teks dan mengacaknya untuk menjadi sebuah buku contoh huruf. Ia tidak hanya bertahan selama 5 abad, tapi juga telah beralih ke penataan huruf elektronik, tanpa ada perubahan apapun. Ia mulai dipopulerkan pada tahun 1960 dengan diluncurkannya lembaran-lembaran Letraset yang menggunakan kalimat-kalimat dari Lorem Ipsum, dan seiring munculnya perangkat lunak Desktop Publishing seperti Aldus PageMaker juga memiliki versi Lorem Ipsum.

Blogroll

Blogger templates

About